Dua Kali Kena Usus Buntu
Seseorang
menelepon dokter langganannya: "Pak Dok, akhir-akhir ini isteriku
perutnya sering merasa sakit, nampaknya ia sedang didera radang usus
buntu."
Dokter: "Masih segar dalam ingatanku, Anda pada 2 tahun yang lalu pernah membawa isteri Anda kemari untuk operasi usus buntu. Seumur hidup ini aku tak pernah melihat seseorang memiliki 2 usus buntu."
"Masa Pak Dok tak pernah mendengar seorang laki-laki berkemungkinan memiliki 2 orang isteri?" jawab orang itu.
Dokter: "Masih segar dalam ingatanku, Anda pada 2 tahun yang lalu pernah membawa isteri Anda kemari untuk operasi usus buntu. Seumur hidup ini aku tak pernah melihat seseorang memiliki 2 usus buntu."
"Masa Pak Dok tak pernah mendengar seorang laki-laki berkemungkinan memiliki 2 orang isteri?" jawab orang itu.
Tidak Mau Minta Maaf
Di
sebuah taman kanak-kanak, seorang anak perempuan tiba-tiba menampar
seorang anak lelaki. Bu guru minta anak perempuan itu segera minta maaf
kepada anak lelaki tersebut, tetapi bagaimanapun ia menolaknya. Bu guru
merasa tersinggung dan menanyakannya mengapa ia bersikap demikian.
Anak perempuan itu kemudian menjawab: "Di rumah, biasanya Bapakkulah yang selalu minta maaf kepada Ibuku!"
Anak perempuan itu kemudian menjawab: "Di rumah, biasanya Bapakkulah yang selalu minta maaf kepada Ibuku!"
Dikasih Uang Jajan Seribu
Seorang
anak lelaki merengek-rengek minta uang jajan kepada Bapaknya, sang
Bapak mengeluarkan sebuah uang logam Rp. 1000 dari kantong bajunya dan
diberikan kepada anak lelakinya itu. Namun anak itu tak habis-habisnya
menggerutu:
"Rp. 1000.- terlalu sedikit, dengan uang sebesar ini bisa buat beli apa?"
Sang Bapak ingin mendidik anaknya supaya memahami makna peribahasa: berdikit-dikit, lama-lama menjadi bukit, maka itu ia lalu berkata:
"Uang Rp. 1000.- walaupun tak banyak, tapi bila kita kumpulkan sedikit demi sedikit, lama kelamaan jumlahnya juga bisa menjadi sangat banyak. Kalau 2,3 juta orang di seluruh negeri ini, setiap orang memberi kamu Rp. 1000.-, maka kamu akan memiliki uang sebesar Rp. 2,3 milyar."
Anak lelaki itu tetap merasa tak senang dan berkata: "Tetapi 2,3 juta orang di seluruh negeri ini kan bukan Bapakku semua!"
"Rp. 1000.- terlalu sedikit, dengan uang sebesar ini bisa buat beli apa?"
Sang Bapak ingin mendidik anaknya supaya memahami makna peribahasa: berdikit-dikit, lama-lama menjadi bukit, maka itu ia lalu berkata:
"Uang Rp. 1000.- walaupun tak banyak, tapi bila kita kumpulkan sedikit demi sedikit, lama kelamaan jumlahnya juga bisa menjadi sangat banyak. Kalau 2,3 juta orang di seluruh negeri ini, setiap orang memberi kamu Rp. 1000.-, maka kamu akan memiliki uang sebesar Rp. 2,3 milyar."
Anak lelaki itu tetap merasa tak senang dan berkata: "Tetapi 2,3 juta orang di seluruh negeri ini kan bukan Bapakku semua!"
Cara Meletakkan Tangan
Di
sebuah pengadilan, seorang terdakwa selalu meletakkan tangannya ke
dalam kantong celananya. Pak hakim berulang-ulang mengingatkan sang
terdakwa harus menunjukkan sikap sopan-santun.
Dengan tak sabar terdakwa nyeletuk: "Aku sungguh-sungguh tak tahu apa yang harus kuperbuat! Tangan kuletakkan ke dalam kantong orang, kalian menangkap dan menghukum diriku tanpa ampun, sekarang tangan kumasukkan ke dalam kantongku sendiri, kalian mengatakan aku tak tahu sopan santun! Habis, di mana harus kuletakkan tanganku?"
Dengan tak sabar terdakwa nyeletuk: "Aku sungguh-sungguh tak tahu apa yang harus kuperbuat! Tangan kuletakkan ke dalam kantong orang, kalian menangkap dan menghukum diriku tanpa ampun, sekarang tangan kumasukkan ke dalam kantongku sendiri, kalian mengatakan aku tak tahu sopan santun! Habis, di mana harus kuletakkan tanganku?"
Belajar Ilmu Jurnalistik untuk Wartawan Baru
Linda akhirnya mendapat pekerjaan sebagai wartawan di sebuah kantor surat kabar di kampung halamannya.
Pada saat dia untuk pertama kali menerima tugas peliputan berita, dia dengan rendah hati minta petunjuk dari seorang wartawan kawakan yang paling berpengalaman di kantor surat kabar itu. Wartawan kawakan tersebut berkata kepadanya dengan serius: "Ingatlah selalu, jangan lupa mencantumkan nama, sekali lagi nama! Pendeknya, segala sesuatu yang menyangkut berita harus dibubuhi nama yang tepat, karena ia berkaitan dengan masalah kelengkapan dan kepercayaan berita itu."
Beberapa jam kemudian, Linda telah menyerahkan sebuah naskah beritanya yang pertama, isinya kira-kira begini:
"Kemarin malam, badai petir dahsyat paling sedikit telah memporak-porandakan dan mendatangkan dampak buruk terhadap 3 perkebunan di kota ini: Perkebunan milik Mr. Hols telah terbakar; Beberapa pohon besar di perkebunan Mr. Alan tumbang diterjang angin kencang; Kerugian yang dialami perkebunan Mr. Monde paling besar, sedikitnya 7 ekor sapi perah miliknya telah tewas disamber petir, nama mereka ialah Bezi, Eisy, Beza..."
Pada saat dia untuk pertama kali menerima tugas peliputan berita, dia dengan rendah hati minta petunjuk dari seorang wartawan kawakan yang paling berpengalaman di kantor surat kabar itu. Wartawan kawakan tersebut berkata kepadanya dengan serius: "Ingatlah selalu, jangan lupa mencantumkan nama, sekali lagi nama! Pendeknya, segala sesuatu yang menyangkut berita harus dibubuhi nama yang tepat, karena ia berkaitan dengan masalah kelengkapan dan kepercayaan berita itu."
Beberapa jam kemudian, Linda telah menyerahkan sebuah naskah beritanya yang pertama, isinya kira-kira begini:
"Kemarin malam, badai petir dahsyat paling sedikit telah memporak-porandakan dan mendatangkan dampak buruk terhadap 3 perkebunan di kota ini: Perkebunan milik Mr. Hols telah terbakar; Beberapa pohon besar di perkebunan Mr. Alan tumbang diterjang angin kencang; Kerugian yang dialami perkebunan Mr. Monde paling besar, sedikitnya 7 ekor sapi perah miliknya telah tewas disamber petir, nama mereka ialah Bezi, Eisy, Beza..."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar